PROGRAM PEMBUATAN RUMAH PANTAU
DAN PEMASANGAN KAMERA JEBAKANDENGAN SENSOR TERMAL HEWAN ENDEMIK
PULAU BELITUNG
PT PLN Nusantara Power Services – PLTU Suge Belitung memiliki komitmen dalam melakukan upaya perbaikan lingkungan khususnya terkait upaya perlindungan keanekaragaman hayati. Pada tahun 2024, PT PLN Nusantara Power Services – PLTU Suge Belitung melakukan implementasi program unggulan di bidang perlindungan keanekaragaman hayati yaitu program “Pembuatan Rumah Pantau dan Pemasangan Kamera Jebakan dengan Sensor Termal Hewan Endemik Pulau Belitung”.
Permasalahan Awal
Dalam kegiatan pelestarian Tarsius Belitung di area Taman keanekaragaman Hayati Kabupaten Belitung dan Hutan Kemasyarakatan Bukit Peramun. Selain dilakukan pengamatan dan pemantauan terhadap perkembangan kondisi Tarsius Belitung di area Konservasi, juga dilakukan upaya pencegahan terhadap serangan predator Tarsius Belitung. Sebelum adanya program, pihak pengelola melakukan pemantauan perkembangan Tarsius Belitung menggunakan metode konvensional yaitu dengan menelusuri seluruh area konservasi untuk menemukan keberadaan satwa endemik ini. Luasnya area konservasi dan karakteristik Tarsius Belitung yang hanya aktif dimalam hari sangat menyulitkan pihak pengelola untuk memperoleh data akurat perkembangan populasi secara kontinyu. Selain itu, terbatasnya sarana pencegahan invasi predator Tarsius Belitung ke dalam area konservasi menyebabkan terancamnya keberlangsungan hidup populasi Tarsius Belitung di lingkungan habitatnya.
Asal Usul Ide Perubahan atau Inovasi
Pengembangan program inovasi pemantauan Tarsius Belitung (Cephalopachus Bancanus Saltafor) menggunakan Kamera Jebakan dan rumah pantau berupa penyediaan Kamera Jebakan dengan Sensor Termal dan Rumah Pantau berasal dari Perusahaan sendiri. Dimana ide program ini muncul karena adanya kondisi yang dapat mengganggu kelangsungan hidup Tarsius Belitung, sehingga upaya konservasi tidak dapat berjalan secara optimal.
Adanya ancaman predator serta kesulitan pihak pengelola dalam melakukan pemantauan Tarsius Belitung akibat terbatasnya sarana pendukung menjadi dasar Perusahaan dalam mengembangkan inovasi Pemantauan Tarsius Belitung (Cephalopachus bancanus saltator) menggunakan Kamera Jebakan dan Rumah Pantau di area konservasi. Program inovasi ini dilakukan melalui metode sosialisasi, penyediaan fasilitas berupa Kamera Jebakan dan Rumah Pantau serta pelatihan terkait cara penggunaan dan perawatannya. Kamera Jebakan dilengkapi dengan sensor inframerah gelombang panjang (sekitar 8-14µm) yang mampu menangkap gambar ketika terdeteksi adanya pergerakan ataupun perbedaan suhu tubuh fauna dengan lingkungan sekitar baik di siang maupun malam hari.
Perubahan Sistem dari Program Inovasi
Program Pemantauan Tarsius Belitung (Cephalopachus bancanus saltator) menggunakan Kamera Jebakan dan Rumah Pantau berdampak pada perubahan Sub System dimana terdapat kerja sama antara LSM (Arsel Community), Dinas Lingkungan Hidup Kab. Belitung, dan Perusahaan sehingga memberikan manfaat bagi perlindungan satwa endemik Tarsius Belitung (Cephalopachus bancanus saltator) dengan status spesies (VU) Vulnerable menurut Red List dari web IUCN. Metode konservasi Tarsius Belitung berupa modifikasi pada pelaksanaan kegiatan pemantauan melalui penyediaan Kamera Jebakan dan Rumah Pantau dengan penjelasan sebagai berikut:
+ Kondisi sebelum adanya program: Kegiatan pemantauan perkembangan Tarsius Belitung dilakukan melalui pengamatan langsung pihak pengelola di area konservasi. Luasnya area konservasi dan karakteristik Tarsius Belitung yang hanya aktif di malam hari menyulitkan dalam memperoleh data perkembangan populasi yang akurat secara kontinyu. Tidak adanya rumah pantau juga menyulitkan pengelola dalam mengamati kehadiran predator yang dapat mengancam keberadaan Tarsius Belitung.
+ Kondisi setelah adanya program: Penggunaan Kamera Jebakan sangat memudahkan kegiatan pemantauan Tarsius Belitung berjalan secara efisien, fleksibel dan kontinyu dengan perolehan data yang akurat. Selain itu penyediaan Rumah Pantau mendukung pihak pengelola dalam mendeteksi kehadiran predator yang mengancam keberlangsungan hidup Tarsius Belitung.
Dampak Lingkungan dari Program Inovasi
Dampak lingkungan yang dihasilkan adalah peningkatan jumlah populasi Tarsius Belitung pada tahun 2024 sebesar 63 Ekor (berdasarkan pemantauan)